
In my opinion, Lisbon, Portugal has a lot of things in common with Bali. Keduanya sama-sama punya ocean view yang menakjubkan, iklim yang hangat (kadang panas), colorful, friendly locals, plus menjadi digital nomad hub. Atmosfer di Lisbon terasa agak romantis, makanya kalau jalan-jalan ke Lisbon, Portugal jangan sendirian. Sayangnya saya kesana solo traveling…
Jalan-Jalan ke Lisbon, Portugal. Ibukota Tertua Kedua di Eropa

Lisbon, Portugal sebenarnya gak masuk ke dalam itinerary awal trip Eropa keempat saya. Instead of Lisbon, Portugal harusnya saya terbang dari Paris ke Copenhagen, Stockholm, dan Oslo. But somehow, I changed my schedule to Lisbon, Portugal. Mungkin demi menghindari dingin dan cold will make me feel lonely. At this point, I also felt that I should stop solo traveling and start traveling with my partner, friends, or family. But I also felt grateful for all my solo travel adventures over the past 7 years. Solo traveling in my 20s and 30s all were one of the best experiences and lessons in life,
Saya tiba di bandara Humberto Delgado Lisbon disambut dengan udara hangat, cenderung panas malah untuk ukuran musim semi di Eropa. Excited untuk segera mengeksplor kota Lisbon, Portugal segera saya menuju ke arah subway. Saya emang udah lama penasaran dengan kota Lisbon, cuma karena lokasinya yang berada jauh di pojok barat daya Eropa tiap kali mau kesana batal melulu. Lisbon adalah ibukota tertua kedua di Eropa setelah Athena, Yunani, dimana city viewnya didominasi dengan gedung dan rumah klasik Eropa, mirip dengan kota-kota besar Eropa lainnya. Hanya aja di Lisbon, gedung dan rumahnya cenderung berwarna-warni cerah, banyak yang berada di gang sempit mengapit jalur tram klasik yang mengarah ke puncak bukit. Sementara itu, di seberangnya membentang ocean view yang menakjubkan.

Satu hal yang unik dari Lisbon, Portugal adalah distrik tertua di kota ini yaitu Alfama. Distrik Alfama yang berada di atas bukit menyimpan jejak arsitektur bangsa Arab yang terlihat jelas di hampir setiap gedung apartemen dan rumah di Alfama. Awal abad ke-8, Lisbon, Portugal ditaklukkan oleh suku Berber dan beberapa bangsa Arab dari Afrika Utara dan Timur Tengah. Mereka kemudian membangun banyak masjid, rumah, dan tembok kota. Bahasa Arab pun widely spoken saat itu, hingga tahun 1147, saat Reconquista, ksatria perang salib yang dipimpin oleh Alfonso I Portugal mengepung kota dan berhasil menaklukkan Lisbon kembali. Hanya saja pengaruh Arab dan Islam masih tersisa di Alfama. Pun saat Lisbon, Portugal dihantam gempa bumi besar pada tahun 1755, Alfama tetap survived, sementara bagian kota lainnya hancur. Kini Alfama menjadi salah satu pusat wisata utama di Lisbon, Portugal. Distrik bersejarah lainnya yang sangat menarik buat kamu yang mau jalan-jalan ke Lisbon, Portugal adalah Belem. Belem menjadi saksi sejarah saat ekspedisi Vasco Da Gama berangkat ke India pada 1498. Setelah Da Gama, banyak penjelajah Portugal saat Age of Discovery yang berangkat berlayar dari Belem menuju Dunia Baru. Abad ke-16 disebut sebagai masa keemasan Lisbon dimana Lisbon, Portugal menjadi pusat perdagangan Eropa dengan Afrika, India, Timur Jauh, dan Brazil dan jadi kaya berkat mengeskploitasi perdagangan rempah-rempah, budak, gula, tekstil, dan komoditi lainnya. Belem terkenal dengan menaranya Torre de Belem.
Di masa modern, Lisbon, Portugal terkenal sebagai salah satu digital nomad hub di Eropa. Suasana kota yang laid-back, alam yang memukau, living cost yang affordable telah menarik banyak nomads untuk pindah ke Lisbon, Portugal. Meski akhirnya kedatangan mereka driving rental prices higher dan memaksa warga lokal untuk pindah ke luar kota Lisbon karena mereka enggak sanggup bayar sewa apartemen yang harganya kian meroket. Lisbon juga menjadi tuan rumah untuk banyak acara penting, seperti Web Summit, sebuah konferensi teknologi yang digelar setiap tahun.
How to Get to Lisbon, Portugal?

Saya terbang dari bandara Charles de Gaulle Paris ke Lisbon, Portugal naik Easy Jet. Penerbangannya makan waktu 2 jam 40 menit dan lumayan mulus. Saya dapet tiket 88.05 Euro tanpa bagasi, yang artinya cuma bisa nyimpen tas di bawah tempat duduk. Sementara itu pas keluar dari Lisbon, Portugal saya naik flix bus selama 3 jam 15 menit menuju Porto. Semua tiket saya beli di website masing-masing.
How to Get Around Lisbon, Portugal?

Ada banyak pilihan transportasi publik buat kamu saat jalan-jalan ke Lisbon, Portugal, mulai dari metro, tram, funicular, bus, kereta komuter, feri, sampai taksi. Serunya, transportasi publik di Lisbon, Portugal lebih affordable dibanding di negara Eropa lainnya. Begitu sampai di terminal kedatangan bandara Lisbon, saya langsung menuju ke mesin tiket buat beli kartu Viva Viagem. Viva Viagem adalah kartu transportasi publik yang bisa dipakai di semua mode transportasi. Ada 3 pilihan tiket yang bisa di top-up di mesin tiket, yaitu single ticket (untuk 1x trip), tiket 24 jam, atau zapping, yaitu top up berapapun kamu suka lalu pakai untuk naik transportasi umum di Lisbon sampai saldonya habis. Biaya kartunya sendiri 0,50 Euro dan non-refundable.
Seringnya saya pakai metro selama keliling dalam kota Lisbon, Portugal, kecuali saat naik tram 28 yang ikonik. Waktu itu saya belum sempet top up tiket 24 jam sedang jalur tram 28 melewati Alfama, distrik saya stayed in Lisbon, Portugal. Jadinya sekalian aja langsung aja antre naik tram 28 dan bayar langsung ke supir tram sebesar 3 Euro.
Where to Stay in Lisbon, Portugal?

Karena sendirian, saya mutusin buat stay di hostel aja biar ada temen ngobrol or ikutan tur. Saya stayed di Sant Jordi Hostels Lisbon karena dulu pernah juga stayed di cabang Sant Jordi di Barcelona. Untuk 1 bed di 10 bed mixed dorm saya bayar 15,40 Euro/ malam lewat Hostelworld.

Sant Jordi Hostels Lisbon terletak di distrik tertua Lisbon, Alfama, yang juga jadi kawasan turis. Bangunannya mayan megah, klasik khas Eropa. Harga yang saya bayar belum termasuk dengan all you can eat breakfast (3 Euro), selain itu juga ada pilihan dinner for a fee. Sayangnya entah kenapa, saya merasa males buat mingle with other travelers and prefer to explore Lisbon, Portugal by myself. Padahal dulu pas umur 20an seneng banget stay di hostel karena bisa ikutan tur dan dapet temen baru. At this point I realized kalau masa-masa solo traveling is over. My preference has changed, thus Lisbon might be the last destination I travel by myself.
Things To See & Do in Lisbon, Portugal
- Exploring Alfama

Alfama adalah kawasan kota tuanya Lisbon yang charming. Distrik ini dipenuhi dengan colorful houses, jalanan berbatu, arsitektur bergaya Arab yang indah, serta tram 28 klasik yang membawa turis ke puncak bukit. Banyak orang bilang kalau Alfama adalah kawasan terindah di Lisbon, Portugal. Saat baru tiba di Lisbon, setelah check in dan nyimpen tas, saya langsung jalan kaki hiking menjelajahi Alfama. Letaknya yang berada di lereng bukit bikin saya lumayan ngeluarin tenaga, tapi sepadan sih dengan indahnya suasana kota yang colorful dan uniknya gedung-gedung yang berhias keramik warna putih biru. Kadang saya mesti hati-hati saat ngelewatin gang sempit karena bisa aja tram 28 tiba-tiba dateng dari belakang.

Dari Alfama saya naik terus ke arah Portas dos Sol, viewpoint di atas distrik Alfama yang menyuguhkan view Alfama dan sungai Tagus dari atas. Di teras yang cukup luas ini banyak couple terlihat sedang nikmatin suasana santai sambil dengerin musisi jalanan, atau nongkrong di garden sambil mandangin view kota dari atas. Suasananya emang cukup romantis sih, makanya sayang kalau jalan-jalan ke Lisbon, Portugal sendirian. Lanjut mendaki bukit, sore hari akhirnya saya sampe di depan Castle of Sao Jorge tapi sayangnya kastilnya udah tutup jadinya saya balik turun lagi. Di sepanjang jalan menuju ke hostel, saya denger alunan Fado, musik tradisional Portugal yang lirik dan nadanya sedih (seringnya bercerita tentang laut dan kehidupan orang miskin). Nongkrong di kafe sambil dengerin Fado memang jadi salah satu hal yang banyak turis lakukan di Lisbon, Portugal, cuma karena kaki udah pegel dan perut minta makan pasta ya udah akhirnya saya balik turun ke hostel.
Fun Facts : Alfama berasal dari kata dalam bahasa Arab Al-hamma yang artinya air mancur atau pemandian. Meski dikenal sebagai pusat turisme di Lisbon, Alfama sebenarnya juga terkenal sebagai a poor neighborhood. Kalau kamu jeli ngeliatin setiap gedung di Alfama, keliatan kok banyak yang kurang maintained atau terlihat kotor tilesnya.
2. Riding Tram 28

Tram 28 adalah tram kayu berwarna kuning yang eksis sejak tahun 1930an dan kini jadi salah satu atraksi turis favorit di Lisbon, Portugal. Tram 28 menghubungkan Martim Moniz dengan Campo Ourique, dan melewati distrik yang populer dengan turis seperti Alfama, Baixa, Estrela dan Graca.
Meski harus antre mayan panjang dan cautious karena banyak copet di tram 28, naik tram kuning ini tetap worth to do selama jalan-jalan ke Lisbon, Portugal. Soalnya selama perjalanan kamu akan disuguhi view lautan yang menakjubkan, arsitektur unik di Alfama, melewati gang-gang sempit di Alfama, hingga tiba di dekat kastil Sao Jorge.
3. Praca do Comercio

Adalah alun-alun utama kota Lisbon yang dulunya digunakan untuk unload barang-barang dari sungai. Di ujung alun-alun, ada Arco Da Rua Augusta, gerbang melengkung bergaya klasik yang mengarah ke shopping street dan pusatnya Lisbon, Portugal.

Saya menghabiskan waktu di beberapa pertokoan dan mal disini demi menghindari teriknya matahari plus capek juga jalan kaki dari Alfama sampe sini. Not bad sih, cuma beda kelas aja kalau dibandingkan dengan shopping street di kota-kota besar Eropa lainnya macam Paris dan Barcelona.
4. Santa Justa Elevator

Lift klasik setinggi 45 meter yang menghubungkan 2 neighborhoods di Lisbon. Lift yang dibuka pertama kali tahun 1902 dan observation decknya kini menjadi one of the things to do di Lisbon, Portugal. Lift dibuka jam 7 pagi, sedang lokasinya hanya 5 menit dari Praca do Comercio.
5. Pasteis de Nata

Atau Portuguese custard tarts. Sebenarnya gampang nemuin Pasteis de Nata atau egg tart dimana-mana karena jajanan khas Portugal ini mayan terkenal. Tapi sayang dong kalau gak nyobain di negara asalnya. Banyak kafe di sepanjang jalan di Alfama yang menjual Pasteis de Nata. Harganya pun sangat affordable, mulai dari 1 Euro aja.
6. Time Out Market

Populer diantara turis dan warga Lisbon, Time Out Market wajib jadi tempat yang dikunjungi saat kamu jalan-jalan ke Lisbon, Portugal. Di dalam gedung, terdapat 24 kios restoran yang dikelola oleh para top chef Portugal. Mulai dari makanan khas Portugal, Asia sampai makanan standar seperti pizza dan burger ada disini. Time Out Market berada tak jauh dari pier. Cukup nyeberang jalan, kamu bisa ke pier dan duduk di pinggir sungai sambil menyantap Pasteis de Nata dan menikmati indahnya sunset.
Selama 3 hari 2 malam di Lisbon, Portugal cuma segini yang saya lihat dan kunjungin. Memang belum semuanya sih, saya juga gak sempat mengeksplor Belem karena pas udah ngantre naik bus ke Belem demi mengunjungi Torre de Belem (Belem Tower), saya baru sadar kalau menara bersejarah ini tutup setiap hari Senin. Pun Jeronimos Monastery dan nyicip Pasteis de Belem gak bisa saya lakukan. Sempet sih considering buat taking a one day trip ke kota pesisir yang tenang Cascais dan ke kota tetangga Sintra yang punya kastil colorful, cuma lagi-lagi karena saya lagi not in the mood for solo traveling akhirnya saya putar haluan buat ngetrip ke Porto lalu terbang balik ke Paris. But, next time I will come to Lisbon, Portugal lagi dengan suami karena kota ini worth to revisit meski hanya 1-2 hari.
Curious about my adventures in Europe and America ?. You can click the following links to see my traveling videos that have aired on Net TV :
- Desa Hallstatt, Desa dengan Arsitektur Klasik di Pinggir Danau
- Imutnya Park Guell, Dunia Fantasi Ala Gaudi di Barcelona
- Ada Turki Mini di Bosnia Herzegovina
- Nyobain Makanan Khas Bosnia, Kaya Rasa dan Pasti Halal
- The Bean, Seni Kontemporer yang Ada di Film – film Hollywood
Want to help support my travel? Help me to visit 50 more countries and write more travel stories & guides by donating here
Watch my adventures & subscribe to my YouTube channel: The Island Girl Adventures