Facing Racism During Traveling

Rasisme menjadi topik yang sangat hot untuk dibicarakan akhir-akhir ini bermula dari penganiayaan dan pembunuhan George Floyd di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat. Tapi bukan cuma karena itu saja saya jadi tertarik menulis topik ini. I believe that if I let some people racists to me, they will continue to do so unless I let them know that I am not okay with it. Makanya saya mesti speak up karena selama traveling saya juga menemui dan menghadapi beberapa orang yang rasis.

Pengalaman pertama saya menghadapi rasisme adalah ketika liburan ke Munich, Jerman 2 tahun lalu. Saat itu, setelah seharian muter-muter old town dan English Garden, saya putuskan untuk had dinner di sebuah restoran Vietnam karena saya kangen masakan Asia. Abis itu saya masuk ke sebuah restoran Jerman cuma buat ngejemput seseorang. Tiba-tiba waitressnya teriak ke saya dari seberang ruangan dan marah karena saya bawa botol air minum ke dalam restoran. Eh tapi a white guy yang saya jemput juga bawa botol air minum. Setelah pulih dari shocked, saya baru sadar kalau saya mengalami perlakuan rasis dari warga setempat. Kalau kamu mau tahu detail kejadiannya silakan baca disini. Kejadian ini emang cuma insiden kecil tapi bikin pengalaman liburan ke Munich jadi kurang menyenangkan dan agak pahit.

Pengalaman kedua adalah ketika baru saja tiba di Amerika. A white guy yang saya kenal telah lama sering mengirimkan komen rasis terhadap orang Asia tapi in the end dia minta maaf ke saya setelah saya sempat nanya dan protes langsung ke yang bersangkutan. Cerita lengkapnya ada disini.

Sebelum kesana saya tentunya udah sering ngedenger mixed news and experiences mengenai rasisme di negeri Paman. Until recently, I still saw it as a pleasant place to visit and lives. Meski seorang teman Indonesia yang juga sama-sama tinggal di kota itu bilang kalau dia ketemu beberapa orang yang rasis pas tinggal disana. Mulai dari ngacungin jari tengah pas dia lagi jalan kaki sampai diminta untuk pisah dari pacarnya karena beda ras. Saya sih percaya aja, sebagian orang emang rasis, tapi banyak kok yang open minded dan tidak begitu berprasangka buruk terhadap orang asing.

Tapi faktanya, ketika jutaan orang sibuk mengedukasi diri sendiri akan bahaya rasisme, beberapa orang di Appleton masih sibuk dengan prasangka buruk mereka terhadap orang asing. Some people might seem friendly and welcoming but actually ignorant. Beberapa orang bisa saja berlaku sangat sopan tapi di belakang melontarkan komen-komen rasis, misalnya di group chat dan tidak merasa ada yang salah dengan hal itu.

Sebelum kesana, saya sudah pernah diinfo kalau orang Asia, terutama cewek might only after greencard or money dari orang America. I didn’t know what greencard is at that time LOL.. While I was there, people were very friendly and welcoming, so I thought they were genuine and very different. Sekarang sih saya gak tahu mana yang hipokrit dan mana yang bener-bener open-minded. Karena saya udah denger dan lihat sendiri bagaimana mereka menstereotipkan cewek Asia, bahkan agama juga dibawa-bawa.

Yang paling berbahaya adalah, orang-orang macam begini merasa tidak ada yang salah dengan pikiran, sikap, perilaku mereka. Mereka gak sadar kalau rasisme itu tidak bisa diterima. They believe their race is more superior than other races and treating people differently or bad is normal. Orang-orang dengan pemikiran rasis tidak selalu bisa dikenali karena bisa saja mereka bersikap sopan dan seakan open-minded di depan kamu tapi deep down in their mind and heart they see you as a lower human being. They care about their image. They want people to see them as a nice people but actually they aren’t willing to open their mind. Sangat mungkin mereka akan membicarakan kamu dengan derogatery terms dan penuh prasangka buruk saat bersama teman-teman/ grup kulit putihnya. Gak semua seperti itu, tapi kalau orang yang gak rasis diem aja saat temennya yang rasis mulai menyebarkan racun rasisnya, ya sama aja. Things won’t change. Racism is a mindset. As long they aren’t willing to educate themselves or try to get to know people from different racial backgrounds, by travel or hang out, they’ll stay the same.

Sepertinya beberapa orang memang sengaja memilih untuk tetap untuk menutup pikirannya. Mereka akan tetap jadi xenophobic gak perduli orang lain sudah menunjukkan niat baiknya. Ya gak heran juga sih tinggalnya bukan di lingkungan yang diverse, gak berusaha mengenal orang lain dari different racial backgrounds dan belum pernah ke airport sampai tahun kemarin. Tapi saya percaya sih, gak semua orang di Wisconsin dan Amerika serasis ini. Banyak yang open-minded juga kok. Dan tentunya gak cuma orang Amerika yang rasis karena rasisme ada dimana-mana. Seperti beberapa orang di Asia Timur yang menganggap orang lain dengan kulit yang lebih cokelat itu lebih rendah dibanding mereka.

You don’t have to travel around the world to be open-minded and accepting diversity, some people can be very open although they live at the same corner of the world. I’ve seen it by myself some people who were very open-minded can turn to be racist and ignorant when they returned to live among racist people.

4 thoughts on “Facing Racism During Traveling

  1. Baca tulisan ini aku jadi mengingat-ingat apakah pernah dapat perlakuan rasis. Hmm, kayaknya pernah tapi nggak gitu parah. So far alhamdulillah perjalanan lancar aja dan semoga gak sampe nemu perlakuan rasis. Amin.

    Like

    1. Rasisme bisa terjadi ke siapa aja karena akarnya itu di mindset orang2 rasis. Mereka menganggap rasnya lebih superior sedang orang lain di bawahnya. Kl menurut saya kita mesti ngelawan sih biar orangnya juga sadar kl being racist itu gak bs diterima. Thanks for reading btw

      Liked by 1 person

  2. Pingback: Pengalaman Kena Rasis Saat Traveling | Young On Top

  3. Fransisca Mira Hapsari

    Hi Kak Dada!
    Just wanna say that I am a big fan of your writings and thoughts.. Pengalaman2 kakak bener2 ngena bgt terutama ttg rasisme, culture shock, dll, krn skrg aku udah 3 tahun tinggal di Jerman. Karena aku bisa bhs Jerman, jadi jarang banget ngalamin rasisme dr org kulit putih, malah banyaknya dari non-Asian immigrants, walaupun kayak cuma iseng semacam catcalling “ni hao”, agak keterlaluan jg krn hampir semua cewek Asia ngalaminin ini. Nasib jd Asian, dianggap pushover. Kalau dr temen2ku yg gak ngomong bahasa Jerman, banyak yg bilang org sini rude ke mereka. Terutama di Bayern n Münich (so sorry with what happened to you there), itu emg terkenal daerah paling rasis di Jerman.
    Btw I love the way you describe your experience as objectively as possible, really eye opening! keep writing and travelling ya kak!

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s