
Let me tell you one thing. I have mixed feelings towards Osaka, which is why I decided to write about my travel journey in Kobe first instead of Osaka. My reason is largely connected to the’nightmare’ I had during new year’s eve in Dotonburi, the liveliest place to celebrate new year in Osaka. But although I had a bad night, the 2rd largest metropolitan area in Japan is still enjoyable. When I got back from Kobe, Osaka treated me better. I had some fun there, ranging from visiting the opulent Osaka castle, wandering around Umeda business district, trying onsen for the first time, and had a good time with friends in Shinsekai & Dotonburi.

Kereta api membawa saya ke kota ke-7 dalam rangkaian winter trip saya di Jepang beberapa bulan lalu. Setelah puas menjelajah Tokyo , Kyoto, Kobe serta had a day trip to Nara, Yokohama dan sempet nengok gunung Fuji, akhirnya saya menapakkan kaki di metropolitan area terbesar kedua di Jepang setelah Tokyo, yaitu Osaka. Osaka sering disebut sebagai food capital of Japan yang mana julukannya ini tak lepas dari sejarahnya sebagai Japan’s economic hub. Karena saya bukan seorang foodie, sebelum kesana, saya gak merasa ngebet banget jalan – jalan ke Osaka. Cuma saya denger castlenya cantik banget dan orang Osaka dikenal ramah dan hangat, lebih daripada orang Tokyo yang imagenya dingin dan kaku.
Alasan kedua kenapa saya jalan-jalan ke Osaka adalah karena saya dimintain tolong untuk melakukan live report suasana perayaan tahun baru di salah satu stasiun tv nasional Indonesia. Karena menurut itinerary yang saya buat pada tanggal 31 Desember 2019 malam jadwalnya saya berada di Osaka, maka live report akan dilakukan dari Dotonburi. Gak nyangka deh kalau hal ini justru membawa sial buat saya dan bikin experience saya di Osaka agak nyebelin. But I will tell you about the misfortune I had in Osaka later at the end of this story.
JALAN-JALAN KE OSAKA : THE FOOD CAPITAL OF JAPAN

Setiap membaca literatur tentang jalan-jalan ke Osaka, kebanyakan yang saya temukan adalah tentang image kota ini sebagai food capital of Japan. Okonomiyaki, takoyaki, udon, taiyaki.. you name it.. selalu direkomendasikan untuk disantap di Osaka. Tapi saya kan jarang tuh travel ke suatu tempat/ negara cuma demi makanannya?. Things that attract me the most are history & culture. Speaking about culture, ternyata alasan dibalik berkembangnya food culture di Osaka gak lepas dari posisi kota di Kansai region ini sebagai Japan’s commercial hub.

Osaka berkembang sebagai pusat perdagangan Jepang sejak akhir abad ke-3 dimana saat itu Osaka merupakan pelabuhan penting yang menghubungkan kota-kota di Jepang bagian barat. Osaka yang dimasa lampau disebut Naniwa, juga sempat menjadi ibukota Jepang selama 2 periode, yaitu pada tahun 645-655 dan tahun 744-745. Setelah Restorasi Meiji, Osaka mengalami rapid industrialization and modernization hingga menjadi metropolitan area kedua terbesar di Jepang setelah Tokyo. Selain menjadi pusat perdagangan dan finansial Jepang, arts dan culinary scene juga berkembang pesat. Tak cuma dijuluki sebagai food capital of Japan tapi Osaka juga terkenal sebagai food capital of the world! Turis berbondong-bondong mengunjungi Osaka demi mencicipi makanannya, selain berkunjung ke Osaka castle dan Universal Studios tentunya.
Karena letaknya yang tak jauh dari Korea Selatan dan mainland China, ada banyak imigran dari kedua negara ini yang bekerja dan menetap di Osaka. Distrik Tsuruhasi di Ikuno-ku ward yang juga disebut sebagai Korea town menjadi salah satu daerah dengan jumlah imigran Korea terbanyak di Jepang. Selayaknya kota-kota besar lainnya, Osaka juga memiliki masalah dengan kemiskinan. Di bagian selatan kota ada slum Kamagasaki, slum terbesar di Jepang.
JALAN-JALAN KE OSAKA : HOW TO GET THERE

Perjalanan saya ke Osaka dimulai dari stasiun Shin-Omiya di Nara, karena saya emang sempat menengok temple dan rusa dulu di Nara setelah sebelumnya puas jalan-jalan ke Kyoto selama 4 hari. Dari stasiun Shin-Omiya, saya naik kereta rapid express Kobe Sannomiya selama 38 menit menuju stasiun Namba (tiket 570 yen). Karena penginapan saya terletak persis di Dotonburi, saya mampir buat check-in dan naruh koper dulu sebelum keluar lagi untuk jalan-jalan ke Osaka.
Kalau kamu ingin jalan-jalan ke Osaka dari Kyoto, kamu bisa naik shinkansen (setelah beli JR pass tentunya) dari Kyoto station ke Shin-Osaka station hanya dalam waktu 12 menit. Dari Osaka ke Tokyo juga paling nyaman naik shinkansen. Shinkansen nozomi bisa membawa kamu ke Tokyo hanya dalam waktu 2 jam 30 menit. Sayangnya, saya balik ke Tokyo di akhir liburan ke Jepang dan JR pass saya cuma berlaku selama 7 hari. Akhirnya saya pilih naik bus deh dari Osaka station. Not bad lah karena saya naik bus di malam hari jadi gak begitu buang waktu dan ngirit penginapan 1 malam. Saya naik JR highway express bus yang tiketnya saya beli langsung di kantor mereka di Osaka station 1 hari sebelum hari keberangkatan. Perjalanan memakan waktu 8 jam sedang tiket bus harganya 2800 yen.
Kalau kamu ingin ke pusat kota Osaka dari Kansai International Airport, atau sebaliknya dari Osaka ke Kansai airport, kamu bisa naik JR Haruka limited express train yang nyaman, atau JR airport rapid train yang lebih terjangkau tapi tak secepat Haruka.
JALAN-JALAN KE OSAKA : GETTING AROUND

Osaka memiliki 2 pusat kota, yaitu kawasan Kita (north) yang berada di sekitar Osaka/ Umeda station, dan Minami (south) yang berada di sekitar Namba station. Yang termasuk Kita diantaranya distrik Umeda yang merupakan pusat bisnis dan belanja Osaka. Sementara Minami terdiri dari kawasan shopping Namba dan Shinsaibashi, kawasan hiburan Dotonburi, Den Den Town, Amerikamura, dan Horie. Transportasi di Osaka untuk menuju ke main tourism sites termasuk Osaka castle dan Universal studios yang paling convenient dan efisien adalah dengan menggunakan subway.
Kamu bisa menggunakan kartu Suica atau Pasmo selama jalan-jalan di Osaka. Atau beli kartu Icoca dulu di stasiun – stasiun JR di kota Osaka untuk menghemat waktu beli tiket setiap akan naik subway. Ada juga pilihan Osaka Amazing Pass yang memberikan unlimited rides untuk subway dan bus di kota Osaka, termasuk juga free admission untuk masuk ke beberapa tempat wisata seperti Osaka castle dan Umeda Sky Building selama 1 atau 2 hari. Harga Osaka Amazing Pass 1 hari adalah 2700 yen, sedang 2 hari harganya 3600 yen. Pass bisa dibeli di tourist information centers dan travel agencies.
Selain Osaka station dan Namba station, stasiun utama lainnya di Osaka adalah Shin-Osaka station yang menjadi stasiun shinkansen-nya Osaka, serta Tennoji station.
JALAN-JALAN KE OSAKA : WHERE TO STAY

Saya nginep di 2 tempat berbeda saat jalan-jalan ke Osaka. Yang pertama adalah Lore Hostel Dotonburi. Lokasi jadi main selling point hostel ini karena berada persis di tengah Dotonburi. Dormitory yang saya tempati kasurnya empuk, nyaman dan gak sempit. Shower room, toilet, washing machine, dan common room juga tersedia di ruang khusus dan terpisah berdasar gender. Sayangnya, kebanyakan tamu hostel berasal dari mainland China dan mereka berisiknya luar biasa. Termasuk di pagi hari pas saya masih pengen tidur (apalagi jam tidur kepotong karena mesti ikut perayaan pergantian tahun baru yang rese itu), beberapa dari mereka sibuk packing dan unpacking dengan lumayan berisik. Kurang considerate aja sih sama tamu-tamu lainnya..
Selain itu hostel ini juga gak ada ruang tunggu or even sofa. Adanya cuma meja resepsionis. Jadi kasihan kan temen saya mesti duduk di tangga selama nunggu saya ganti baju di kamar. Lore Hostel Dotonburi ini terkesan ditujukan untuk turis yang datang dalam grup besar. Tapi kalau main consideration kamu adalah lokasi, dan gak akan ngehabisin waktu lama di hostel ya gak masalah juga tinggal disini. Saya booked disini dengan harga 3870 yen/ malam, not bad mengingat saya stayed di malam tahun baru.

Akomodasi kedua adalah Yolo Hotel Museum yang ditemukan Maya saat kita akan balik ke Osaka setelah exploring Kobe selama 2 hari. It was a very good deal karena saya bisa tidur di private room dengan harga yang sangat terjangkau! Di hotel yang saya booked dari sini biaya per malamnya cuma 2251 yen. Tentunya ini harga per orang ya, guys karena harga hotel di Jepang dihitung per orang.
Jelas saya merasa jauh lebih nyaman tinggal di private room di Yolo Hotel Museum dibanding hostel, meski kamar mandinya terpisah di luar kamar. Hanya saja meski harganya affordable banget, hotel ini berada di bagian selatan Osaka, tepatnya dekat dengan Shinsekai dan di sekitar kawasan ini ada banyak homeless people. Sewaktu kita berdua balik ke hotel dari stasiun Shin-Imamiya, kita ngelihat banyak orang mabuk dan ada banyak polisi yang lagi tugas juga, entah mau nangkap siapa. Kalau kamu tipe traveler yang takut jalan kaki sendirian di malam hari sebaiknya cari tempat lain atau mesti nginep disini bareng temen. Sisi positifnya, hotel ini deket banget dengan Shinsekai. Cukup jalan kaki 10 menit udah sampai Shinsekai dan ada sebuah public bath juga di dekat sini.
Hal menarik lainnya dari hotel ini adalah hampir semua karyawannya orang asing, terutama bule-bule. Entah mereka kerja disini dalam rangka working holiday atau emang niat kerja di Jepang. Cuma lucu aja petugas hotel dan restoran semuanya orang asing.
Note : Kata siapa di Jepang gak ada homeless people?. Saya udah ngelihat 2x di Tokyo dan Osaka. Di Tokyo saya lihat banyak banget homeless di stasiun Shinjuku, terutama kalau udah tengah malam. Di Osaka ya di distrik Naniwa di sekitar stasiun Shin-Imamiya.
JALAN-JALAN KE OSAKA : THINGS TO SEE & DO
- Osaka Castle

Tempat yang paling bikin saya penasaran untuk jalan-jalan ke Osaka. Osaka castle dibangun pada tahun 1583 oleh Toyotomi Hideyoshi dengan niat akan dijadikan pusat pemerintahannya setelah berhasil mempersatukan Jepang. Tapi kastil yang sekarang berdiri bukan kastil yang pertama kali dibangun ya, karena Osaka castle sempat dihancurkan pasukan Tokugawa, untuk kemudian dibangun ulang pada tahun 1620an oleh Tokugawa Hidetada. Osaka castle yang saya kunjungi bulan Januari lalu terlihat sangat terawat karena telah mengalami banyak perbaikan pada tahun 1997.
Osaka castle kini berfungsi sebagai museum. Untuk masuk ke Osaka castle biayanya 600 yen. Meski eksteriornya sangat impressive, bagian dalam kastil menurut saya is just okay. Di kastil berlantai 8 ini kamu bisa mempelajari sejarah kastil dan sejarah Toyotomi Hideyoshi, termasuk melihat beberapa artefak perang dan diorama perang.

Bagian paling menarik dari Osaka castle ada di lantai teratas dimana kamu bisa melihat view kota Osaka dan Osaka Castle Park dari atas. Saya suka banget taman di sekitar Osaka castle. Ada banyak warga dan turis jalan-jalan disini sambil bawa anjing dan menghabiskan waktu bersama keluarga di taman. Di musim semi, Osaka castle park menjadi salah satu tempat paling populer di Osaka untuk hanami (melihat bunga sakura), tepatnya pada awal bulan April. Osaka castle park bisa dikunjungi dengan gratis, kecuali Nishinomaru Garden yang untuk masuk kesana perlu membeli tiket seharga 200 yen (350 yen selama musim sakura).

2. Universal Studios Japan

Saya gak sempat kesini nih selama jalan-jalan ke Osaka. Abisnya gak ada waktu sih. Meski saya fan Harry Potter (dulu), tapi kalau mesti milih, saya biasanya lebih pilih visiting historical sites dan enjoying the city saat gak punya banyak waktu. But I agree Universal Studios Japan is a must-visit saat jalan-jalan ke Osaka.
Universal Studios Japan terdiri dari 8 sections termasuk The Wizarding World of Harry Potter. Disini ada juga Universal Citywalk Osaka, sebuah shopping mall yang berisi restoran, hotel, dan stores yang menjual suvenir bertema Universal Studios dan Osaka. Untuk masuk ke theme park yang berada di kawasan Osaka Bay ini kamu perlu membeli tiket yang harganya berkisar mulai dari 6.800 hingga 9.200 yen. Ambil Express Passes kalau kamu ingin skipping the lines for selected rides. Tiket bisa dibeli salah satunya disini.
3. Distrik Namba (Dotonburi, Shinsaibashi, Amerikamura, & Den Den Town)

Kawasan yang pasti dikunjungi turis saat jalan-jalan ke Osaka. Distrik Namba merupakan kawasan hiburan paling terkenal di Osaka dengan beragam pilihan dining dan shopping. Mulai dari Dotonburi, sebuah jalan khusus pedestrian yang mengapit kanal Dotonburi yang berisi restoran dan toko- toko trendi. Dotonburi identik dengan banyaknya neon lights di malam hari, terutama Glico Running Man dan Kani Doraku Crab. Jangan lupa foto disini ya :p
Saya berada di Dotonburi saat new year’s eve (oshogatsu) lalu. Kawasan ini dikenal sebagai tempat perayaan malam tahun baru termeriah dan tergila di Osaka. Tahun sebelumnya ada orang yang nekat loncat dari jembatan half-naked di tengah dinginnya malam musim dingin! Udah kayak gak waras, kan?! Pas saya disana 31 Desember 2019 lalu, Dotonburi penuh sesak dengan turis dan warga yang mau ngerayain tahun baru. Untuk gerak aja susah banget, apalagi nyari tempat live report yang bebas manusia. Banyak polisi yang berjaga di pinggir kanal untuk mengantisipasi kejadian serupa.

Pusat shopping utama Osaka berada di kawasan Shinsaibashi. Di kawasan ini kamu bisa menemukan department stores & top designer fashion labels bersama dengan toko retail dan butik. Sementara itu, Harajuku-nya Osaka berada di Amerikamura (dikenal juga sebagai Amemura). Kalau kamu nyari otaku paradise dan pusat elektronik yang seperti Akihabara di Tokyo, kamu bisa mampir ke Den Den Town di area Nipponbashi.
4. Shinsekai

So far, Shinsekai adalah kawasan yang paling saya suka selama jalan-jalan ke Osaka karena kawasan ini tampak seperti Jepang di masa lalu. Dekorasi dan arts di restoran dan toko-toko di Shinsekai terlihat klasik dan colorful. Hal ini karena distrik Shinsekai dikembangkan sejak sebelum masa perang dunia II, tepatnya setelah kesuksesan penyelenggaraan National Industrial Exposition tahun 1903. Setelah perang usai, Shinsekai sempat terlantar namun sekarang berkembang sebagai tourist destination di Osaka.

Di tengah Shinsekai berdiri Tsutenkaku, menara setinggi 103 meter yang dibangun dengan mengikuti menara Eiffel di Paris sebagai modelnya. Kamu bisa melihat view kota Osaka dari observatory yang berada di ketinggian 91 meter. Tiket Tsutenkaku 800 yen.

Hal yang perlu dicoba saat di Shinkekai adalah nongkrong dan makan di salah satu restoran disini, terutama di malam hari pas Shinsekai lagi rame-ramenya. Salah satu makanan khas Shinsekai adalah kushikatsu, yaitu gorengan yang disajikan dengan tusuk sate, biasanya terdiri dari ayam, daging sapi, labu, asparagus hingga pisang. Saya sih makan okonomiyaki dan nyobain minum nanko umeshu. Selain restoran dan toko oleh-oleh, ada juga Spa World, sebuah kompleks onsen yang besar bertema Asia dan Eropa. Tiket masuknya 1300 yen.
Saya dan Maya sempat ke sebuah public bath yang berada dekat dengan Shinsekai. Ini pengalaman saya ke onsen di Jepang dan rasanya..ehmm.. I don’t think I enjoyed it. Mungkin kalau berendamnya di private onsen saya bakal suka banget secara saya emang demen berendam di bathup. Tapi kalau rame-rame kok agak gimana gitu ya…hahaha. Tiket ke onsen 500 yen/ orang.

Seperti yang saya ceritakan di atas, Shinsekai berada di sebelah selatan Osaka, dan di area ini ada banyak homeless juga open prostitution. Shinsekai bahkan memiliki reputasi as a shady and dangerous area, jadi sebaiknya kamu kesini bersama orang lain, terutama di malam hari.
5. Sumiyoshi Taisha

Salah satu kuil yang paling sering dikunjungi saat hatsumode (kunjungan pertama ke kuil saat tahun baru) di Jepang. Sumiyoshi Taisha adalah kuil Shinto utama dan paling terkenal di atara lebih dari 2.000 kuil Sumiyoshi di seluruh Jepang. Termasuk yang worth to visit selama jalan-jalan ke Osaka karena kuil ini memiliki gaya arsitektur yang unik yang disebut Sumiyoshi-zukuri. Sebuah gaya arsitektur asli Jepang yang bebas dari pengaruh daratan Asia. Banyak elemen dari budaya Jepang yang terinfluenced dari budaya Tiongkok, tepatnya saat masa dinasti Tang. Hal ini bisa dilihat salah satunya dari gaya arsitektur Jepang yang sedikit bernuansa Tiongkok.

Tapi kuil ini bebas dari pengaruh Tiongkok karena dibangun pada abad ke-3, sebelum Buddhism masuk ke Jepang. Uniknya kuil Sumiyoshi terletak pada atapnya yang lurus, instead of bergelombang, dan setiap kuil dikelilingi pagar berwarna merah. Salah satu kuil tertua di Jepang ini dibangun untuk memuja kami (Shinto gods) yang melindungi travelers, pelaut dan nelayan di lautan.
6. Kuromon Market

Selain Dotonburi, salah satu tempat buat nyicip specialty food of Osaka selama jalan-jalan ke Osaka adalah di Kuromon market. Pasar tertutup yang membentang sepanjang 600 meter ini memiliki 150 kios. Kebanyakan menjual ikan, daging, dan hasil bumi. Beberapa kios lainnya menjual manisan tradisional, pakaian serta peralatan rumah tangga. Di Kuromon market, kamu gak cuma bisa belanja aja, tapi juga bisa nyicip beberapa makanan seperti seafood panggang, yakitori, takoyaki, serta buah-buahan.
7. Umeda Sky Building

Kalau kamu termasuk orang yang suka ngelihat view kota dari ketinggian, maka kamu mesti mampir ke Umeda Sky Building saat jalan-jalan ke Osaka. Gedung setinggi 173 meter ini terdiri dari 2 menara yang dihubungkan oleh Floating Garden Observatory di lantai ke-39. Kamu bisa menikmati view kota Osaka dari jendela Floating Garden Observatory dan open-air deck. Setelah puas mandangin kota Osaka dari atas, sempatkan juga buat mampir ke basement. Lantai ini telah diubah menjadi kota ‘restoran’ bergaya kota Jepang di masa lampau, tepatnya pada awal periode Showa. Umeda Sky Building berada di distrik Kita (north), dekat dengan Osaka dan Umeda station. Tiket ke Floating Garden Observatory 1500 yen.
JALAN-JALAN KE OSAKA : KENA SIAL SAAT NEW YEAR’S EVE DI DOTONBURI

Ini nih kejadian yang bikin saya sempet sebel dengan experience saya jalan-jalan ke Osaka. Jadi ceritanya saya dimintain tolong untuk melakukan live report mengenai suasana new year’s eve oleh salah satu stasiun tv nasional Indonesia. Karena menurut itinerary saya tanggal 31 Desember 2019 malam saya akan berada di Osaka, saya carilah pusat perayaan yang paling meriah. Artinya saya mesti ke Dotonburi.
Saya, Maya, dan Marcel udah muter-muter di Dotonburi dan Shinsaibashi dari sejak sore. Kawasan ini padat banget dengan turis dan pedagang yang teriak-teriak ngajak orang masuk tokonya. Ugh, kayak berasa di chinatown instead of Japan, pikir saya waktu itu. Diantara gelombang manusia di Dotonburi, akhirnya kita berhasil nemuin 1 restoran buat makan malam.
Kelar dinner, Maya pulang ke hostelnya, saya dan Marcel juga pulang ke hostel masing-masing. Tapi kita janjian akan ketemu lagi jam 11 malam di Dotonburi. Rencananya, Marcel akan bantuin saya live report, tepatnya bantuin megang hape kedua. Saya perlu 2 hape untuk melakukan live report. Hape pertama punya saya untuk menerima telepon dari Jakarta, sedang yang kedua untuk komunikasi lewat skype. Karena saya cuma punya 1 hape, hape kedua dipinjemin sama Marcel. Ini kali kedua saya melakukan live report macem ini, yang pertama dengan Metro Tv.
Entah sial atau mungkin juga karena malam tahun baru dimana semua tempat penuh dengan manusia, susah banget buat saya nemuin tempat live di pinggir kanal. Udah naik ke undakan juga sama aja karena didorong orang-orang mulu. Akhirnya saya putuskan untuk berdiri di mulut sebuah toko di Dotonburi karena disini masih kelihatan crowdnya. Kesialan berlanjut karena Marcel belum dateng juga meski jam udah menunjukkan hampir jam 12 malam. Rupanya dia susah cari jalan buat nemuin tempatnya. Akhirnya saya inisiatif minta tolong mas-mas yang lewat. Kebetulan banget ada serombongan imigran Indonesia lagi lewat.
Salah satu dari mereka bantuin saya pegang hape kedua. Tapi emang dasar lagi kena sial, entah kenapa posisi saya di tv terlihat vertikal, padahal harusnya horisontal. Udah ngeset skype dan hape juga sama aja, gak mau berubah posisi di layar tv. Sampai akhirnya saya tukar hape dan pakai telepon salah satu cowok ini buat ditelpon dari studio. Pada saat itu udah lebih dari jam 12.30 pagi dan pihak tv memutuskan untuk membatalkan live report karena ada berita tentang Jokowi. zzzzz udah banyak effortnya malah gak jadi. Saya gak enak banget karena cowok-cowok yang bantuin saya ini hampir ketinggalan kereta ke Shiga dan saya makai hapenya sampai pulsa dia abis karena roaming. Keselllll……..
Well, my experience jalan -jalan ke Osaka is mixed, ada senengnya ada pula keselnya. Yah namanya juga traveling, sama kayak hidup kadang ada hal yang gak bisa dikontrol. Tapi karena itu juga, jalan-jalan ke Osaka terasa memorable sampai kapan pun.
Curious about my adventures in Europe and America ?. You can click the following links to see my traveling videos that have aired on Net TV :
- Desa Hallstatt, Desa dengan Arsitektur Klasik di Pinggir Danau
- Imutnya Park Guell, Dunia Fantasi Ala Gaudi di Barcelona
- Ada Turki Mini di Bosnia Herzegovina
- Nyobain Makanan Khas Bosnia, Kaya Rasa dan Pasti Halal
- The Bean, Seni Kontemporer yang Ada di Film – film Hollywood
Want to help support my travel? Help me to visit 50 more countries and write more travel stories & guides by donating here
Watch & subscribe to my daily vlog in America at my YouTube channel : Dada Kimura
Pingback: Rekomendasi Hotel di Jepang – The Island Girl Adventures
Kebetulan aku juga pernah ke osaka nih kak, dan ini juga baru persiapan nulis, cek arsip gallery. Osaka memang keren
LikeLike
iyah Osaka lumayan keren..tapi ak tetep lebih suka Tokyo hehehe
LikeLike
Aku belum pernah kesana kak 😭 pengen ke shibuya
LikeLike
tunggu sampai Japan buka pintu lg buat orang Indonesia…ak juga mo balik ke Tokyo.
LikeLike