
Dimana destinasi paling populer di Prancis untuk liburan? Selain Paris, jawabannya adalah Prancis Selatan. South of France khususnya dikenal sebagai destinasi liburan yang fancy. Jarang orang liburan kesana tanpa jatuh cinta dengan Prancis Selatan, terutama Provence dan Côte d’Azur (French Riviera) yang menawan. Mulai dari liburan mewah di Nice, Monaco, Antibes, Cannes, menyusuri jalanan berbatu di kota abad pertengahan, piknik di padang Lavender, bersantai di pantai dan menikmati udara hangat, hingga road trip. Kali ini saya akan ajak kamu keliling beberapa destinasi underrated di Prancis Selatan yang sangat worth to visit: Gard, Grignan, dan Uzes. Gak cuma charming, ketiga destinasi ini cocok banget bagi kita yang demen slow living.
Bling lifestyle VS slow living di Prancis Selatan

Ada banyak alasan kenapa Europeans dan selebriti Hollywood suka liburan bahkan pindah tinggal di Prancis Selatan. Sebagian tertarik dengan gaya hidup bling yang ditawarkan kota-kota bereputasi glamor seperti St-Tropez, Monaco, dan Antibes. They want to enjoy the finer things in life, dimana Prancis Selatan menawarkan luxury dan exclusivity yang belum tentu ditemukan di destinasi lain. Gak heran bila wealthy dan famous people suka jalan-jalan ke Prancis Selatan demi menikmati nightlife, upscale shopping experience, akses bersantai di private beaches, serta party di yacht.
Tapi dibalik lavish holiday, Prancis Selatan punya banyak sisi lain yang bikin banyak orang demen liburan kesana. Beberapa suka kabur dari dinginnya winter di negaranya lalu menikmati udara hangat Mediterania di South of France, sementara yang lain sengaja menghabiskan long vacation atau bahkan pindah ke Prancis Selatan demi bisa menikmati slower pace of life. Mungkin mirip dengan orang-orang Jakarta yang pindah tinggal ke Bali kali ya…Gak jarang mereka (Europeans atau Americans) beli rumah di Prancis Selatan baik untuk ditinggali sehari-hari atau saat liburan. I can see why people are drawn to live there. Atmosfer Prancis Selatan yang santai, alam yang menakjubkan (baik pantai maupun bukit dan gunungnya), suasana pedesaan dan town yang selow, kesempatan mencicip world renowned cuisine dan fine wines sesering mungkin, siapa yang gak mau?
Kalau dulu saya jalan-jalan ke Nice, Antibes, Monaco, dan Marseille karena penasaran dengan kota-kotanya yang sangat populer, kali ini saya berkesempatan melihat sisi lain Prancis Selatan bareng keluarga. Nope, bukan lavender field di Provence karena lavender cuma mekar di musim panas sedang saya selalu ke Eropa tiap musim semi dan/ dingin, melainkan ke kota-kota bersejarah serta idyllic small towns khas South of France, things I love the most from Europe. Dari Montelimar, kita road trip ke beberapa underrated destinations di Prancis Selatan: Gard, yang terkenal dengan jembatan Romawi ikonik Pont du Gard; Grignan, kota abad pertengahan di puncak bukit yang punya kastil menawan; dan Uzes, the most charming town.
How to go to Gard, Grignan, and Uzes di Prancis Selatan ?

Dari Montelimar, kita naik mobil selama 1 jam 30 menit ke Gard. Tapi kalau gak sewa mobil, kamu bisa juga naik kereta. Sementara dari Gard ke Uzes cuma perlu 13 menit. Jadi kalau kamu ingin jalan-jalan ke kedua destinasi ini, sebaiknya dilakukan di hari yang sama. Uzes juga bisa dicapai dari Gard dengan naik bus line 115, tarifnya 2 Euro aja. Trip ke Grignan kita lakukan di hari yang lain dimana cuma perlu berkendara selama 30 menit aja dari Montelimar.
Kalau kamu ingin langsung ke Prancis Selatan dari Jakarta, ada beberapa pilihan penerbangan, diantaranya Jakarta – Paris CDG lanjut dengan naik kereta TGV dari stasiun Paris Gare de Lyon to Nîmes Centre atau Nîmes Pont du Gard selama 3 – 3,5 jam. Alternatifnya, terbang dari Jakarta ke kota-kota besar terdekat lainnya di South of France yaitu Lyon, Marseille, atau Montpellier lalu dilanjutkan dengan mobil atau naik kereta tujuan Nimes (kota utama di Gard). Untuk cek jadwal kereta, kamu bisa lihat disini.
Selama jalan-jalan ke Gard, Grignan, dan Uzes tentunya kita jalan kaki ya, karena ketiga destinasi ini gak begitu luas, jadi cukup jalan kaki aja. Kecuali jembatan Pont du Gard yang berada di alam, jadi cara terbaik untuk menjelajahinya tentu dengan jalan kaki.
~Pont du Gard, terowongan air Romawi yang ikonik di Gard ~

Gard adalah sebuah department (kabupaten) di region (provinsi) Occitanie, Prancis Selatan. Kota utama disini adalah Nimes, tapi dari Montelimar, kita langsung menuju ke ikon Gard, yaitu jembatan Pont du Gard. Kenapa jembatan ini ikonik? Well, tentunya karena fisik jembatan Pont du Gard yang masih kokoh dan well maintained meski telah berusia ribuan tahun, juga karena nilai sejarahnya.

Sekitar tahun 19 BC (sebelum era Kristen), Romawi mulai membangun jembatan Pont du Gard sebagai aqueduct (terowongan air) untuk mengalirkan air dari Sungai Gardon di Uzes ke koloni Romawi kala itu, Nimes (dulu disebut Nemausus) yang berjarak 50 kilometer. Saat saya sampai di area Pont du Gard, saya sempet takjub ngelihat banyaknya turis yang kesana. Tapi setelah melihat jembatan Pont du Gard sendiri, no wonder sih banyak banget turis yang berkunjung. Pont du Gard tampak megah, imposing, sekaligus unik karena terdiri dari 3 tingkat.


Untuk menuju ke aqueduct setinggi hampir 50 meter ini kita mesti jalan kaki beberapa kilometer dulu dari area parkiran. Jembatannya juga boleh diseberangin lho. Banyak juga turis yang suka berenang di sungai di bawah jembatan, cuma sayangnya pas saya kesana sungainya lagi kering.

UNESCO World Heritage Site yang satu ini wajib kamu kunjungi kalau lagi liburan ke Prancis Selatan. Untuk kesini tiket masuknya 8 Euro.
~Uzes, the most idyllic small town in South of France ~

The pictures might not do justice since my phone was out of battery and I had to use another phone to document Uzes, but trust me, it’s one of the most enchanting small towns I’ve ever been to.

Kota kecil Uzes, yang berjarak 13 menit dari jembatan Pont du Gard, drawing banyak turis kesini berkat old townnya yang enchanting, rich in culture & history, dan bergaya khas Prancis Selatan. Saya langsung amazed dengan Uzes sejak kita tiba di alun-alunnya, Place aux Herbes, yang lively dan dikelilingi restoran juga kafe yang alluring. Setelah duduk sejenak di salah satu kafe sambil people watching, kita lanjut keliling Uzes. Setiap melewati alleys di balik tembok citadel kota, gak lupa saya perhatiin detail bangunannya yang unik. Hampir setiap rumah dan bangunan disini berwarna krem, hanya aja terlihat delicate karena dipadankan dengan warna-warna pastel.

Uzès dibangun di sekitar istana adipati (Ducal Palace) yang mengesankan, yang telah menjadi milik keluarga Crussol d’Uzès selama lebih dari seribu tahun. Berbagai gaya arsitektur di Ducal Palace ini menonjolkan usianya yang sudah tua: tiang-tiang bergaya Romawi, yang masih berdiri dari bekas kuil, kapel Gotik, fasad Renaisans, dan masih banyak lagi. Ada pula Menara Bermonde dari abad ke-11 yang bisa dinaikin untuk menikmati pemandangan kota Uzes yang menakjubkan.


Sekilas Uzes tampak seperti a fairy tale town, tapi in reality Uzes justru rich in history. Di abad ke-5, Uzes menyaksikan para jewish yang menetap di kota dipaksa memeluk agama Kristen, mereka yang tidak mau diancam akan diusir keluar Uzes. Tahun 614, pemerintah Kristen benar-benar mengusir mereka keluar dari kawasan. Uzes juga pernah berada di bawah pemerintahan Muslim Spanyol pada awal abad ke-8. Saat penaklukkan Umayyah, Uzes dijadikan benteng paling utara wilayah kekuasaan mereka.


Di masa moderen, turisme jadi pilar ekonomi utama kota kecil ini, bersama dengan industri wine dan seni. Coba deh kamu dateng ke Uzes di hari Sabtu, suasananya bakal rame karena setiap Sabtu digelar Saturday market yang terkenal di Place aux Herbes. Disini kamu bisa nemuin fresh produce, tekstil, sampai barang antik.


Selain jalan-jalan keliling kotanya yang enchanting, kamu juga bisa mengunjungi beberapa attraction bersejarah di Uzes, diantaranya: Capuchin Chapel dan Tour Fenestrelle (Window Tower) yang ikonik.
~ Grignan, mengeksplor kastil di desa tercantik di Prancis~

Bayangin sebuah kastil di puncak bukit, menjulang dikelilingi desa abad pertengahan di bawahnya. Padang lavender terlihat menghampar di dasar bukit, membuat panorama ini terkesan fairy tale-like. Yup, pemandangan diatas nyata, bukan sekedar gambaran dari buku dongeng. Itulah Grignan, sebuah desa kecil di department Drome, Prancis yang sering disebut sebagai salah satu desa tercantik di Prancis. Gak cuma memiliki suasana alam yang memesona, Grignan juga punya warisan sejarah yang kaya, hence we went there on that Sunday morning…

Kepopuleran desa Grignan bermuara dari kisah cinta seorang Ibu kepada putrinya. Madame de Sevigne, yang tinggal di Paris sering mengirimkan surat kepada anak perempuannya yang tinggal di Chateau de Grignan (Kastil Grignan) karena menikahi penguasa Grignan. Ia bahkan rela menempuh perjalanan jauh dari Paris ke South of France demi menemui putrinya, Madame de Grignan. Pastinya bukan perjalanan yang mudah ya, karena di abad pertengahan belum ada mobil atau kereta TGV..


Kini banyak turis yang berkunjung ke Kastil Grignan, tempat tinggal Madame de Grignan berkat kisah nyata Ibu dan anak ini. Beberapa surat dari Madame de Sevigne untuk putrinya juga bisa dilihat disini. Sebuah patung Madame de Sevigne pun dibangun tak jauh dari dasar bukit sebagai tribute. Bahkan, setiap setiap bulan Juli di Grignan digelar Festival de la Correspondance untuk mengenang memori Madame de Sevigne sekaligus menghormati seni korespondensi.

Untuk menuju ke Kastil Grignan di puncak bukit, kita mesti melewati dulu desanya. Desa Grignan sangat kecil, tapi rapi, indah, dan estetik. Di sepanjang alleys berjejer restoran dan kafe yang dipenuhi para turis yang tengah asyik bersantai dan people watching. Tentunya kita sempetin lunch disini, lanjut belanja oleh-oleh khas Grignan, keramik.


Kastil Grignan bisa dikunjungi dengan membeli tiket masuk 8 Euro. Dari puncak kastil, saya bisa nikmatin view desa Grignan di bawahnya, termasuk padang Lavender yang memesona…kalau kesananya pas summer hehe..kita kesana saat spring jadi viewnya padang hijau aja.


Kastil Grignan adalah mahakarya Renaisans. Dibangun pada abad ke-11 dan dipugar pada abad ke-16 oleh keluarga Adhémar, kastil ini sangat terkenal karena menjadi kediaman Countess of Grignan, putri Marquise de Sévigné. Saat ini kastil ini menyimpan koleksi karya seni dan menawarkan tur berpemandu untuk menyelami sejarahnya yang menarik. Di kaki kastil, kamu akan menemukan Gereja Kolegiat Saint-Sauveur, yang dibangun antara tahun 1535 dan 1539, yang ditandai oleh fasad Renaisansnya yang dibingkai oleh dua menara persegi dan dihiasi dengan jendela mawar Gotik.


Waktu terbaik untuk jalan-jalan ke Grignan tentunya saat musim panas, tepatnya dari pertengahan Juni hingga akhir Juli, dimana kamu bisa piknik, jalan-jalan dan sepedaan di dekat padang Lavender.

Kalau dihitung, ternyata udah lumayan banyak kota dan tempat di Prancis yang udah saya kunjungin, dari Utara sampai Selatan. Meski begitu, masih ada banyak destinasi di Prancis yang pingin saya eksplor next time: Chamonix saat musim dingin,lalu Avignon dan Aix en Provence untuk kunjungan berikutnya di Prancis Selatan!
Curious about my adventures in Europe and America ?. You can click the following links to see my traveling videos that have aired on Net TV :
- Desa Hallstatt, Desa dengan Arsitektur Klasik di Pinggir Danau
- Imutnya Park Guell, Dunia Fantasi Ala Gaudi di Barcelona
- Ada Turki Mini di Bosnia Herzegovina
- Nyobain Makanan Khas Bosnia, Kaya Rasa dan Pasti Halal
- The Bean, Seni Kontemporer yang Ada di Film – film Hollywood
Want to help support my travel? Help me to visit 50 more countries and write more travel stories & guides by donating here
Watch my adventures & subscribe to my YouTube channel: The Island Girl Adventures

Apakah orang prancis selatan paham bahasa inggris? Dan apakah mereka ramah atau seperti parisian yang sinis dengan turis?
LikeLike
Jujur pas kesana sama keluarga jd pakai bahasa Prancis sih, tp kl di kota besar spt Nice, Marseille, Monaco pd bs bahasa Inggris. tp kl bahasa Inggris standar buat jual beli dan makan di resto mereka pahamlah, pas beli keramik dan makan sy jg pk bahasa Inggris.
In general French gak sesinis yg digambarkan sih,even di Paris pun mereka biasa aja kok. tp di smaller cities dan desa udah pasti org lebih ramah. In my opinion mereka jaim aja kl pk bahasa Inggris krn bukan mother toungenya, tp begitu km switch ke French mereka jd lebih open.
LikeLike
Pingback: Pengalaman Apply Visa Australia. Cukup Daftar Online Dapet Visa Turis 3 Tahun! – The Island Girl Adventures
Pingback: Trip Santai 3 Hari di Negeri Singa: Tempat Makan, Shopping, dan Bersantai di Singapura – The Island Girl Adventures